Buluughul Maram adalah kitab hadits yang berbicara tentang masalah fiqh,
banyak para fuqaha beristidlal dengan hadits-hadits yang ada di
dalamnya. Penyusunnya
Al Haafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaaniy adalah seorang ahli hadits besar
disamping sebagai ahli fiqh. Hal ini sebagaimana yang kita ketahui dari
kitab besar yang disusunnya yaitu Fathul Bari sebagai syarahnya terhadap Shahih Bukhari, dan kitab-kitabnya yang lain. Melihat
isi Buluughul Maram yang tidak henti-hentinya orang membutuhkannya.
Maka atas dasar ini, kami pun menyempatkan diri untuk menerjemahkannya.
Dan dalam menerjemahkan kami pun melihat beberapa terjemahan Buluughul
Maram seperti yang diterjemahkan oleh Al Ustadz A. Hassan dan Prof. Drs.
Masdar Helmy, di samping melihat juga kepada kitab syarah Buluughul
Maram “Subulus Salam”.
Sedangkan dalam menyebutkan takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua
kitab; Takhrij dari cetakan Darul ‘Aqiidah yang banyak merujuk kepada
kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin Al Albani rahimahullah[1], dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az Zuhairiy rahimahullah murid Syaikh Al Albani[2].
Kami berharap kepada Allah semoga usaha kami ini ikhlas karena
mengharapkan Wajah-Nya dan bermanfaat bagi saudara kami kaum muslimin
yang tinggal di negeri ini. Allahumma amin.
Ditulis oleh Al Ustadz Marwan Bin Musa -Hafidzhahullah- staf pengajar Ibnu Hajar Boarding School
بَابُ
إِزَالَةِ
اَلنَّجَاسَةِ وَبَيَانِهَا
Bab
menghilangkan najis dan penjelasannya
27- عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: , سُئِلَ
رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اَلْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا? قَالَ:
"لَا". - أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ
1.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang khamr (arak)
dijadikan cuka? Beliaupun menjawab, “Tidak boleh.” (Diriwayatkan oleh Muslim
dan Tirmidzi, kata Tirmidzi “Hadits hasan shahih”)[1]
28-وَعَنْهُ قَالَ: , لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ, أَمَرَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَبَا طَلْحَةَ, فَنَادَى: "إِنَّ اَللَّهَ
وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْ لُحُومِ اَلْحُمُرِ]اَلْأَهْلِيَّةِ], فَإِنَّهَا رِجْسٌ" - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
2.
Darinya (Anas bin Malik) ia berkata: “Ketika hari
Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh Abu Thalhah menyeru
“Sesungguhnya Allah dan RasulNya telah melarang kalian makan daging keledai
negeri, karena ia kotor.” (Muttafaq ‘alaih)[2]
29- وَعَنْ عَمْرِو بْنِ
خَارِجَةَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: , خَطَبَنَا
رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِنًى, وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ,
وَلُعَابُهَا يَسِيلُ عَلَى كَتِفَيَّ. - أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ
وَصَحَّحَه ُ
3.
Dari ‘Amr bin Khaarijah radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah kepada kami di
Mina, yang pada waktu itu Beliau berada di atas untanya, ketika itu air liur
untanya mengalir di atas bahuku.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi, ia
(Tirmidzi) menshahihkannya)[3]
30-وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ
عَنْهَا, قَالَتْ: , كَانَ رَسُولُ
اَللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ اَلْمَنِيَّ, ثُمَّ يَخْرُجُ إِلَى
اَلصَّلَاةِ فِي ذَلِكَ اَلثَّوْبِ, وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى أَثَرِ اَلْغُسْلِ
فِيهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
4.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa ia berkata: “Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mencuci mani kemudian keluar untuk shalat
dengan memakai baju itu, akupun melihat bekas cucian itu.” (Muttafaq ‘alaih)[4]
31- وَلِمُسْلِمٍ:
, لَقَدْ كُنْتُ
أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبٍ رَسُولِ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَرْكًا, فَيُصَلِّي فِيهِ - .
5.
Sedangkan dalam riwayat Muslim disebutkan, “Aku pernah
menggosok mani dari baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
sekerasnya lalu Beliau shalat memakai baju itu.”[5]
32- وَفِي لَفْظٍ لَهُ: , لَقَدْ كُنْتُ أَحُكُّهُ يَابِسًا بِظُفُرِي مِنْ ثَوْبِهِ -
6.
Sedangkan dalam sebuah lafaz Muslim yang lain disebutkan,
“Aku pernah mengerik mani dari baju Beliau di saat kering dengan kukuku.”[6]
33- وَعَنْ أَبِي
اَلسَّمْحِ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ , يُغْسَلُ مِنْ
بَوْلِ اَلْجَارِيَةِ, وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ اَلْغُلَامِ - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ,
وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِم ُ
7.
Dari Abus Samh radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “kencing bayi perempuan dicuci dan kencing
bayi laki-laki diperciki.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i dan dishahihkan
oleh Hakim)[7]
34-وَعَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اَللَّهُ
عَنْهُمَا; أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ -فِي دَمِ اَلْحَيْضِ يُصِيبُ
اَلثَّوْبَ-: ,
"تَحُتُّهُ, ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ, ثُمَّ تَنْضَحُهُ, ثُمَّ تُصَلِّي
فِيهِ" - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
8.
Dari Asma binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang darah haid yang mengenai
pakaian, “Kamu kerik lalu kamu gosok dengan air kemudian kamu siram lalu kamu
shalat dengannya.” (Muttafaq alaih)[8]
35- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَتْ خَوْلَةُ: , يَا رَسُولَ
اَللَّهِ, فَإِنْ لَمْ يَذْهَبْ اَلدَّمُ? قَالَ: "يَكْفِيكِ اَلْمَاءُ,
وَلَا يَضُرُّكِ أَثَرُهُ" - أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَسَنَدُهُ ضَعِيف
ٌ
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Khaulah pernah berkata “Wahai Rasulullah,
bagaimana Apabila darah haid belum hilang?” Beliau menjawab, “Cukup bagimu air
itu dan tidak mengapa bekasnya.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan sanadnya
dha’if)[9]
[1] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (1983), Tirmidzi (1294) dalam Al Buyuu’ -TCDA-.
[2] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari
(5528), Muslim (1940) dalam Ash Shaid wadz dzabaa’ih –TCDA-.
[3] Shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad (17211), Tirmidzi (2121) dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi (2121) –TCDA-.
[4] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al Wudhuu’ (229) dan Muslim (289) dalam Ath
Thaharah -TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan, “Lafaz tersebut adalah lafaz Muslim.”
[5] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (288) dalam Ath Thaharah –TCDA-.
[6]
Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (290) dalam Ath Thaharah –TCDA-.
[7] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (376) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (304) dalam Ath
Thaharah, Ibnu Majah (526) dalam Ath Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih Sunan Abi Dawud (376) –TCDA-.
[8] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (227) dalam Al Wudhu’, Muslim (291) dalam Al Iman
–TCDA-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar