Buluughul Maram
adalah kitab hadits yang berbicara tentang masalah fiqh, banyak para
fuqaha beristidlal dengan hadits-hadits yang ada di dalamnya. Penyusunnya
Al Haafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaaniy adalah seorang ahli hadits besar
disamping sebagai ahli fiqh. Hal ini sebagaimana yang kita ketahui dari
kitab besar yang disusunnya yaitu Fathul Bari sebagai syarahnya terhadap Shahih Bukhari, dan kitab-kitabnya yang lain. Melihat
isi Buluughul Maram yang tidak henti-hentinya orang membutuhkannya.
Maka atas dasar ini, kami pun menyempatkan diri untuk menerjemahkannya.
Dan dalam menerjemahkan kami pun melihat beberapa terjemahan Buluughul
Maram seperti yang diterjemahkan oleh Al Ustadz A. Hassan dan Prof. Drs.
Masdar Helmy, di samping melihat juga kepada kitab syarah Buluughul
Maram “Subulus Salam”.
Sedangkan
dalam menyebutkan takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua kitab;
Takhrij dari cetakan Darul ‘Aqiidah yang banyak merujuk kepada
kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin Al Albani rahimahullah[1], dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az Zuhairiy rahimahullah murid Syaikh Al Albani[2].
Kami
berharap kepada Allah semoga usaha kami ini ikhlas karena mengharapkan
Wajah-Nya dan bermanfaat bagi saudara kami kaum muslimin yang tinggal di
negeri ini. Allahumma amin.
Ditulis oleh Al Ustadz Marwan Bin Musa -Hafidzhahullah- staf pengajar Ibnu Hajar Boarding School
[1] Kami singkat dengan “TCDA” (takhrij dari cetakan Darul ‘Aqidah).
[2] Kami singkat dengan “TSZ” (Takhrij/tahqiq Sumair Az Zuhairiy).
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
كِتَابُ اَلطَّهَارَةِ
بَابُ اَلْمِيَاهِ
Kitab Thaharah (bersuci)
Bab Tentang Air
1- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اَلْبَحْرِ: , هُوَ اَلطُّهُورُ مَاؤُهُ, اَلْحِلُّ مَيْتَتُهُ -
أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَابْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَاللَّفْظُ لَهُ,
وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَرَوَاهُ مَالِكٌ
وَالشَّاِفِعيُّ وَاَحْمدُ
1. Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda tentang air “Air itu suci dan halal
bangkainya”. (Diriwayatkan oleh empat orang dan Ibnu Abi Syaibah, lafaz
ini adalah lafaznya, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Tirmidzi.
Diriwayatkan juga oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad)[1]
2- وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , إِنَّ اَلْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ - أَخْرَجَهُ اَلثَّلَاثَةُ وَصَحَّحَهُ أَحْمَدُ
2. Dari
Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya air itu suci,
tidak dapat dinajiskan oleh sesuatu”. (Diriwayatkan oleh tiga orang dan
dishahihkan oleh Ahmad)[2]
3- وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ اَلْبَاهِلِيِّ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , إِنَّ اَلْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ, إِلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ, وَلَوْنِهِ - أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ وَضَعَّفَهُ أَبُو حَاتِمٍ
3. Dari
Abu Umamah Al Bahili radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya air itu tidak
dapat dinajiskan oleh sesuatu kecuai Apabila dikalahkan baunya, rasanya
dan warnanya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan didha’ifkan oleh Abu
Hatim)[3]
4- وَلِلْبَيْهَقِيِّ: , اَلْمَاءُ طَاهِرٌ إِلَّا إِنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ, أَوْ طَعْمُهُ, أَوْ لَوْنُهُ; بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيهِ -
4. Dan
dalam riwayat Baihaqi disebutkan, “Air itu suci kecuali Apabila berubah
baunya, rasanya atau warnanya karena najis yang menimpa padanya”.[4]
5- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: , إِذَا كَانَ اَلْمَاءَ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ اَلْخَبَثَ - وَفِي لَفْظٍ: , لَمْ يَنْجُسْ - أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ. وَابْنُ حِبَّانَ
5. Dari
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila air itu sebanyak dua
qullah maka tidak mengandung kotoran”. Dan dalam sebuah lafaz “Tidak
najis” (Diriwayatkan oleh empat orang, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah,
Hakim dan Ibnu Hibban)[5]
6-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , لَا يَغْتَسِلُ أَحَدُكُمْ فِي اَلْمَاءِ اَلدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ - أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
6. Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh salah seorang di antara kamu
mandi di dalam air yang diam sedang dia junub” (Diriwayatkan oleh
Muslim)[6]
7-وَلِلْبُخَارِيِّ: , لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي اَلْمَاءِ اَلدَّائِمِ اَلَّذِي لَا يَجْرِي, ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ -
7. Sedangkan
dalam riwayat Bukhari “Janganlah sekali-kali salah seorang di antara
kamu kencing di dalam air yang diam yang tidak mengalir kemudian ia
mandi di situ.”[7]
8-وَلِمُسْلِمٍ: "مِنْهُ", وَلِأَبِي دَاوُدَ: , وَلَا يَغْتَسِلُ فِيهِ مِنْ اَلْجَنَابَةِ -
8. Dan
dalam riwayat Muslim lafaznya “Dari air itu”. Sedangkan dalam riwayat
Abu Dawud “Dan janganlah ia mandi di situ karena junub.”[8]
9-وَعَنْ رَجُلٍ صَحِبَ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: , نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "أَنْ تَغْتَسِلَ اَلْمَرْأَةُ بِفَضْلِ اَلرَّجُلِ, أَوْ اَلرَّجُلُ بِفَضْلِ اَلْمَرْأَةِ, وَلْيَغْتَرِفَا جَمِيعًا - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ. وَالنَّسَائِيُّ, وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ
9. Dari
seorang yang telah menjadi shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang wanita
mandi dengan bekas sisa laki-laki atau laki-laki mandi dengan bekas sisa
wanita, dan hendaknyya keduanya menciduk secara bersamaan.”
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, isnadnya shahih)[9]
10-وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; , أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَغْتَسِلُ بِفَضْلِ مَيْمُونَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا - أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
10. Dari
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah mandi bekas sisa Maimunah radhiiyallahu ‘anha.
(Diriwayatkan oleh Muslim)[10]
11-وَلِأَصْحَابِ "اَلسُّنَنِ": , اِغْتَسَلَ بَعْضُ أَزْوَاجِ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَفْنَةٍ, فَجَاءَ لِيَغْتَسِلَ مِنْهَا, فَقَالَتْ لَهُ: إِنِّي كُنْتُ جُنُبًا, فَقَالَ: "إِنَّ اَلْمَاءَ لَا يُجْنِبُ" - وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ خُزَيْمَةَ
11. Sedangkan
dalam riwayat para penyusun kitab sunan disebutkan: Di antara
istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dalam sebuah
jolang, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk mandi dari
jolang itu, maka istrinya berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku junub”
maka Beliau berkata, “Sesungguhnya air itu tidak (jadi) junub”.
(Dishahihkan oleh Tirmidzi dan ibnu Khuzaimah)[11]
12-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذْ وَلَغَ فِيهِ اَلْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ, أُولَاهُنَّ بِالتُّرَابِ - أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَفِي لَفْظٍ لَهُ: , فَلْيُرِقْهُ - وَلِلتِّرْمِذِيِّ: , أُخْرَاهُنَّ, أَوْ أُولَاهُنَّ بِالتُّرَابِ -
12. Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sucinya bejana salah seorang di antara kamu
apabila dijilati anjing adalah dengan dibasuh sebanyak tujuh kali,
basuhan yang pertama (dicampur) dengan tanah.” (Diriwayatkan oleh
Muslim, dalam sebuah lafaz Muslim juga “Maka hendaknya ia tumpahkan
airnya”, sedangkan dalam riwayat Tirmidzi dengan lafaz “Basuhan yang
akhir atau awalnya (dicampur) dengan tanah”)[12]
13-وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ -فِي اَلْهِرَّةِ-: , إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ, إِنَّمَا هِيَ مِنْ اَلطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ - أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ. وَابْنُ خُزَيْمَةَ
13. Dari
Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda tentang kucing, “Sesungguhnya ia (kucing) itu
tidaklah najis, ia hanyalah biantang yang biasa keliling di dekatmu.“
(Diriwayatkan oleh empat orang, dan dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu
Khuzaimah)[13]
14- وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: , جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ اَلْمَسْجِدِ, فَزَجَرَهُ اَلنَّاسُ, فَنَهَاهُمْ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ; فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ. - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
14. Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Datang seorang Arab
baduwi lalu kencing di pojokan masjid, lalu dibentaklah oleh orang-orang
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mencegah mereka
(bersikap membentak), ketika orang baduwi itu selesai kencing, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyuruh diambilkan seember air
kemudian dituangkan ke atasnya.” (Muttafaq ‘alaih)[14]
15-وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ, فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ:
فَالْجَرَادُ وَالْحُوتُ, وَأَمَّا الدَّمَانُ: فَالطِّحَالُ وَالْكَبِدُ - أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَهْ, وَفِيهِ ضَعْفٌ
15. Dari
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah dihalalkan untuk kami dua buah
bangkai dan dua buah darah, adapun dua buah bangkai itu adalah bangkai
belalang dan ikan, sedangkan dua darah itu adalah hati dan limpa.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, dalam hadits itu ada kelemahan)[15]
16-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,
إِذَا وَقَعَ اَلذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ, ثُمَّ
لِيَنْزِعْهُ, فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً, وَفِي اَلْآخَرِ
شِفَاءً - أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ, وَزَادَ: , وَإِنَّهُ يَتَّقِي بِجَنَاحِهِ اَلَّذِي فِيهِ اَلدَّاءُ -
16. Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila lalat jatuh ke dalam minuman salah
seorang di antara kamu maka tenggelamkanlah, kemudian tariklah karena
pada salah satu sayapnya ada penyakit, sedangkan pada sayap yang lain
ada obatnya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Dawud, ia (Abu Dawud)
menambahkan “Sesungguhnya ia (lalat) menjaga dirinya dengan sayap yang
di sana terdapat penyakit”)[16]
17-وَعَنْ أَبِي وَاقِدٍ اَللَّيْثِيِّ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , مَا قُطِعَ مِنْ اَلْبَهِيمَةِ -وَهِيَ حَيَّةٌ- فَهُوَ مَيِّتٌ - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ, وَاللَّفْظُ لَهُ
17. Dari
Abu Waaqid Al Laitsi radhiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagian mana saja yang dipotong
dari binatang yang hidup, maka bagian itu adalah bangkai.” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, iapun menghasankan, lafaz ini adalah lafaz
Tirmidzi)[17]
[1] Shahih,
Abu Dawud (83) dalam Ath Thahaarah, Tirmidzi (69) bab Maa jaa’a fii
maa’il bahr annahu thahuur, Nasa’i (332), Ibnu Majah (386) dalam Ath
Thaharah, Ahmad (7192), Ibnu Khuzaimah (1/59) no. (111), Malik (43), dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud (83). Al Albani
mengatakan, “Dalam hadits tersebut terdapat faedah penting yaitu
halalnya setiap yang mati di lautan yang sebelumnya hidup di situ
meskipun ia mengapung di air.” Ia juga mengatakan, “Dan hadits tentang
dilarangnya memakan yang mengapung di air adalah tidak sah.” [Ash
Shahiihah (480)] –TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan lengkap hadits tersebut sbb,
عن
المغيرة بن أبي بردة -وهو من بني عبد الدار- أنه سمع أبي هريرة يقول: جاء
رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: يا رسول الله! إنا نركب
البحر، ونحمل معنا القليل من الماء، فإن توضأنا به عطشنا، أفنتوضأ به؟ فقال
صلى الله عليه وسلم:... فذكره
Dari
Mughirah bin Abi Bardah –dia termasuk bani Abdud Daar- bahwa ia
mendengar Abu Hurairah berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami mengarungi lautan dan membawa sedikit air, jika kami
berwudhu’ dengannya niscaya kami kehausan, bolehkah kami berwudhu’
dengan air laut?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “…dst”
(lihat hadits di atas). Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih."
[2] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (67) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (66)
dalam Ath Thaharah, Nasa’i (326) dalam Al Miyaah, Ahmad (10406),
Daruquthni dalam As Sunan (hal. 11), Baihaqi (1/4-5) dan dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (67), dan [lihat Al Irwaa' (14)]
–TCDA-.
[3] Dha’if,
diriwayatkan oleh Ibnu Majah (521) dari jalan Risydin bin Sa’ad: telah
menceritakan kepada kami Mu’awiyah bin Shalih dari Raasyid bin Sa’ad
dari Abu Umamah. Hadits tersebut adalah dha’if karena dha’ifnya Risydin,
di samping itu adanya mudhtharib dalam isnadnya (TSZ).
[4] Dha’if,
diriwayatkan oleh Baihaqi (1/259-260) dari jalan ‘Athiyyah bin Baqiyyah
bin Al Walid dari bapaknya dari Tsaur bin Yazid dari Rasyid bin Sa’ad
dari Abu Umamah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Baihaqi
mengatakan dalam As Sunanul Kubraa 1/260, “Hadits tersebut tidak kuat,
ini adalah pendapat umumnya ulama, saya tidak mengetahui adanya khilaf
di antara mereka tentang ini.” [Nashbur Raayah ( 1/156) dan Adh
Dha'iifah ( 2644)] –TCDA-.
Dalam
TSZ disebutkan, “Dalam isnadnya terdapat Baqiyyah bin Al Walid, dia
adalah mudallis, dan telah melakukan ‘an’anah, hadits ini memiliki jalan
yang lain namun dha’if juga.”
[5] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (63) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (67)
dalam Ath Thaharah, Nasa’i (328), (52) dalam Ath Thaharah, Ahmad (4788),
Hakim (1/132), Ibnu Hibban dalam Shahihnya (2/274-275), Ibnu Khuzaimah
(1/49) no. (92), Darimiy (732), juga diriwayatkan oleh Thahawiy,
Daruquthni dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (64),
dan [Al Irwaa’ (23)] –TCDA-.
[6] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (283) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (220, 321, 396), Ibnu Majah (605) –TCDA-.
[7] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (239) dalam Al Wudhuu’ -TCDA-.
[8] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (282) dalam Ath Thaharah, Abu Dawud (70) dalam Ath Thaharah -TCDA-.
[9] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (81) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (238) dalam
Ath Thaharah dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (81)
-TCDA-.
[10] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (323) dalam Al Haidh -TCDA-.
[11] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (68) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (65),
Ibnu Majah (370) dalam Ath Thaharah, Ibnu Khuzaimah (1/58) no. (84)
dengan lafaz “Al Maa’u laa yunajjisuhuu syaii’”, dan dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih Abu Dawud (68) -TCDA-.
Dalam
TSZ disebutkan, “Tirmidzi mengatakan, "Hadits hasan shahih", Sumair Az
Zuhairiy berkata,, “Demikianlah hadits tersebut, meskipun melalui
riwayat Samaak dari Ikrimah, di mana riwayat tersebut ma’lul (cacat).”
ia melanjutkan, “Perhatian: Al Haafizh keliru menghubungkan hadits
tersebut kepada para pemilik kitab sunan, karena Nasa’i tidak
meriwayatkannya, demikian juga (keliru) karena penshahihan Ibnu
Khuzaimah terhadap selain lafaz ini.”
[12] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (279) dalam Ath Thaharah dari jalan Hisyam bin
Hisan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah, Tirmidzi (91), lafaz
“Falyuriqhu” ada pada Muslim (279) dari jalan Al A’masys dari Abu Razin
dan Abu Shalih dari Abu Hurairah, juga diriwayatkan oleh Al A’masy
dengan isnad ini yang sama seperti itu, namun tidak ada kata-kata “فَلْيُرِقْهُ.” -TCDA-.
[13] Hasan shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (75) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (92)
dalam Ath Thaharah, Nasa’i (68) dalam Ath Thahahah, Ibnu Majah (367)
dalam Ath Thaharah, Malik dalam Al Muwaththa’ (44) dalam Ath Thaharah,
Ibnu Khuzaimah (1/55) no. 104, Al Albani berkata dalam Shahih Abu Dawud
(75) “Hasan shahih” -TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan lengkap hadits tersebut dari jalan Kabsyah binti Malik –ia adalah istri putera Abu Qatadah-,
أن
أبا قتادة دخل عليها، فسكبت له وضوءا. قالت: فجاءت هرة تشرب، فأصغى لها
الإناء حتى شربت، قالت كبشة: فرآني أنظر إليه! فقال: أتعجبين يا بنت أخي؟
فقلت: نعم . قال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:... فذكره.
Bahwa
Abu Qatadah pernah masuk menemuinya, kata Kabsyah, “Lalu aku menuangkan
kepadanya air wudhu, kemudian datang seekor kucing hendak meminum
airnya, lalu Abu Qatadah memiringkan (tempat air wudhu’) sehingga kucing
itu bisa meminumnya, Kabsyah kemudian berkata, “Abu Qatadah lalu
melihatku karena aku memperhatikannya, katanya, “Apa kamu heran, hai
puteri saudaraku?” Aku menjawab, “Ya”, ia pun berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,…dst (lihat
hadits di atas).
[14] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (221) dalam Al Wudhuu’, Muslim (284) dalam Ath Thaharah -TCDA-.
[15] Shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al Musnad (5690), Ibnu Majah (3314) dalam
Al Ath’imah, (3218) dalam Ash Shaid, Al Albani mengatakan, “Shahih,
lihat Ash Shahiihah ( 1118) -TCDA-.
[16] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (3320) dalam Bad’ul khalq, Abu Dawud (3844) dalam Al Ath’imah dengan tambahan darinya -TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan tentang tambahan Abu Dawud ini, “Isnadnya hasan.”
[17] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (2858), Tirmidzi (1480), Ahmad (21396) dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud -TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan lebih lengkap lagi hadits tersebut,
عن
أبي واقد الليثي قال: قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة، والناس
يجبون أسنمة الإبل، ويقطعون أليات الغنم، فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم:.... فذكر الحديث
Dari
Abu Waaqid Al Laitsiy ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam ketika tiba di Madinah, ketika itu orang-orang memotong
punuk-punuk unta serta memotong ekor-ekor kambing, maka sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam…dst (lihat hadits di atas).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar