Buluughul Maram adalah kitab hadits yang berbicara tentang masalah fiqh,
banyak para fuqaha beristidlal dengan hadits-hadits yang ada di
dalamnya. Penyusunnya
Al Haafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaaniy adalah seorang ahli hadits besar
disamping sebagai ahli fiqh. Hal ini sebagaimana yang kita ketahui dari
kitab besar yang disusunnya yaitu Fathul Bari sebagai syarahnya terhadap Shahih Bukhari, dan kitab-kitabnya yang lain. Melihat
isi Buluughul Maram yang tidak henti-hentinya orang membutuhkannya.
Maka atas dasar ini, kami pun menyempatkan diri untuk menerjemahkannya.
Dan dalam menerjemahkan kami pun melihat beberapa terjemahan Buluughul
Maram seperti yang diterjemahkan oleh Al Ustadz A. Hassan dan Prof. Drs.
Masdar Helmy, di samping melihat juga kepada kitab syarah Buluughul
Maram “Subulus Salam”.
Sedangkan dalam menyebutkan takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua
kitab; Takhrij dari cetakan Darul ‘Aqiidah yang banyak merujuk kepada
kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin Al Albani rahimahullah[1], dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az Zuhairiy rahimahullah murid Syaikh Al Albani[2].
Kami berharap kepada Allah semoga usaha kami ini ikhlas karena
mengharapkan Wajah-Nya dan bermanfaat bagi saudara kami kaum muslimin
yang tinggal di negeri ini. Allahumma amin.
Ditulis oleh Al Ustadz Marwan Bin Musa -Hafidzhahullah- staf pengajar Ibnu Hajar Boarding School
بَابُ اَلْوُضُوءِ
Bab
Wudhu
36-عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: , لَوْلَا أَنْ
أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ - أَخْرَجَهُ مَالِكٌ,
وأَحْمَدُ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ(وَذَكَرَهُ
اْلبُخَارِيُّ مُعَلَّقًا)
1.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Beliau bersabda : “Kalau bukan karena
khawatir aku memberatkan umatku tentu aku suruh mereka bersiwak setiap kali
berwudhu.” (Diriwayatkan oleh Malik, Ahmad dan Nasa’i, dan dishahihkan oleh
Ibnu Khuzaimah, Bukhari menyebutkan secara mu’allaq (tanpa sanad))[1]
37-وَعَنْ حُمْرَانَ; , أَنَّ
عُثْمَانَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ, فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ, ثُمَّ مَضْمَضَ, وَاسْتَنْشَقَ, وَاسْتَنْثَرَ, ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْمِرْفَقِِ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ, ثُمَّ اَلْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ, ثُمَّ
غَسَلَ رِجْلَهُ اَلْيُمْنَى إِلَى اَلْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ, ثُمَّ
اَلْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا. - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
2.
Dari Humran maula (orang yang dimerdekakan) ‘Utsman
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Utsman meminta air wudhu’, iapun kemudian membasuh
kedua tapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur, menghirup air ke
hidung dan mengeluarkannya, lalu membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh
kedua tangannya yang kanan sampai siku tiga kali, lalu tangan kirinya sama
seperti itu, kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh kedua kakinya yang
kanan sampai kedua mata kaki tiga kali, kemudian yang kaki kirinya sama seperti
itu, lalu ia berkata, “Aku lihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berwudhu’ seperti wudhu’ku ini.” (Muttafaq ‘alaih)[2]
38-وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ -فِي صِفَةِ وُضُوءِ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: , وَمَسَحَ
بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً. - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد َوَاَخْرَجَهُ
التِّرْمِذِيُّ وَ النَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ بَلْ قَالَ التِّرْمِذِيُّ
: إِنَّهُ اَصَحُّ شَيْئٍ فِى اْلبَابِ
3.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, tentang cara wudhu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia katakan “Beliau mengusap kepalanya sekali.”.
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, juga oleh Nasa’i dan Tirmidzi dengan isnad yang
shahih, sampai-sampai Tirmidzi mengatakan “Sesungguhnya hadits ini adalah
hadits yang paling shahih dalam masalah ini”)[3]
39-وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ عَاصِمٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- قَالَ: , وَمَسَحَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَأْسِهِ, فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ. - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
4.
Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim radhiyallahu ‘anhuma
-tentang cara wudhu’- ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengusap kepalanya, ia majukan kedua tapak tangannya lalu mengarahkan ke
belakang. “ (Muttafaq alaih)[4]
40- وَفِي لَفْظٍ لَهُمَا: , بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ, حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى
قَفَاهُ, ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى اَلْمَكَانِ اَلَّذِي بَدَأَ مِنْهُ -
5.
Dalam sebuah lafaz menurut riwayat keduanya “Beliau
memulai bagian depan kepalanya hingga menjalankan kedua tangannya ke tengkuknya
kemudian mengembalikan ke tempat semula Beliau mengusap.”[5]
41- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- قَالَ: , ثُمَّ مَسَحَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَأْسِهِ, وَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ
اَلسَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ, وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ ظَاهِرَ أُذُنَيْهِ.
- أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ,
وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة
6.
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma tentang cara
wuudhu’, ia berkata, “Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap
kepalanya dan memasukkan dua jarinya yaitu yang telunjuk ke dalam telinganya
serta mengusap bagian luar telinganya dengan kedua ibu jarinya.” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan Nasa’i, serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[6]
42- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ , إِذَا
اِسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا, فَإِنَّ
اَلشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
7.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di
antara kamu bangun dari tidurnya, maka hendaknya ia menghembuskan air dari
hidungnya tiga kali, karena syaitan bermalam di hidungnya.” (Muttafaq ‘alaih)[7]
43-وَعَنْهُ: , إِذَا
اِسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسُ يَدَهُ فِي اَلْإِنَاءِ
حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِم ٍ
8.
Darinya (Abu Hurairah), “Apabila salah seorang di antara
kamu bangun dari tidurnya, maka janganlah ia masukkan tangannya ke dalam
bejana, sampai ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak tahu, di mana tangannya
bermalam.“ (Muttafaq ‘alaih, ini adalah lafaz Muslim)[8]
44- وَعَنْ لَقِيطِ بْنُ
صَبْرَةَ, رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ , أَسْبِغْ
اَلْوُضُوءَ, وَخَلِّلْ بَيْنَ اَلْأَصَابِعِ, وَبَالِغْ فِي اَلِاسْتِنْشَاقِ,
إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا - أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ
خُزَيْمَة َ
9.
Dari Laqith bin Shabrah radhiyallahu anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sempurnakanlah wudhu’,
lakukanlah menyela-nyela jari-jari dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup
air ke hidung kecuali apabila kamu dalam keadaan puasa.” (Diriwayatkan oleh
empat orang dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[9]
45- وَلِأَبِي دَاوُدَ فِي رِوَايَةٍ: , إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ -
10. Sedangkan
dalam riwayat Abu Dawud disebutkan, “Apabila kamu berwudhu’ maka
berkumur-kumurlah.”[10]
46- وَعَنْ
عُثْمَانَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ فِي اَلْوُضُوءِ - أَخْرَجَهُ
اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة َ
11. Dari
Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyela-nyela janggutnya ketika berwudhu’.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[11]
47- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ
رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى بِثُلُثَيْ مُدٍّ, فَجَعَلَ يَدْلُكُ
ذِرَاعَيْهِ - أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة
َ
12. Dari
Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
diberikan 2/3 mud, lalu Beliau menggosok kedua lengannya.” (Diriwayatkan oleh
Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[12]
48- وَعَنْهُ, , أَنَّهُ رَأَى اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَأْخُذُ لِأُذُنَيْهِ مَاءً خِلَافَ اَلْمَاءِ
اَلَّذِي أَخَذَ لِرَأْسِهِ. - أَخْرَجَهُ اَلْبَيْهَقِيّ وَقَالَ إِسْنَادُهُ
صَحِيْحٌ وَ صَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ اَيْضًا وَهُوَ عِنْدَ "مُسْلِمٍ"
مِنْ هَذَا اَلْوَجْهِ بِلَفْظٍ: وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ بِمَاءٍ غَيْرَ فَضْلِ
يَدَيْهِ, وَهُوَ اَلْمَحْفُوظ ُ
13. Darinya
(Abdullah bin Zaid) bahwa ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengambil buat membasuh kedua telinganya air yang bukan bekas membasuh
kepalanya.” (Diriwayatkan oleh Baihaqi, ia berkata “Isnadnya shahih dan
dishahihkan oleh Tirmidzi juga, sedangkan dalam riwayat Muslim dari jalan yang
sama dengan lafaz “Dan Beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan sisa di
tangannya” inilah yang mahfuzh.[13]
49-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ َللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: , "إِنَّ
أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ, مِنْ أَثَرِ
اَلْوُضُوءِ, فَمَنْ اِسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ,
وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم ٍ
14. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ummatku akan datang pada hari kiamat
dalam keadaan putih muka, kedua tangan dan kedua kakinya karena bekas
berwudhu’, oleh karena itu, siapa saja di antara kamu yang bisa memperlebar
cahayanya maka lakukanlah.“ (Muttafaq ‘alaih, lafaz ini adalah lafaz Muslim)[14]
50- وَعَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: , كَانَ
اَلنَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ اَلتَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ,
وَتَرَجُّلِهِ, وَطُهُورِهُ, وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ. - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ
15. Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam suka mendahulukan yang kanan dalam memakai sandal, menyisir, bersuci dan
dalam semua urusannya.” (Muttafaq ‘alaih)[15]
52- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ , إِذَا
تَوَضَّأْتُمْ فابدأوا بِمَيَامِنِكُمْ - أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ
خُزَيْمَة َ
16. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Apabila kalian berwudhu’ maka mulailah dari bagian kanan
kalian.” (Diriwayatkan oleh empat orang dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[16]
52- وَعَنْ اَلْمُغِيرَةِ
بْنِ شُعْبَةٍ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُ , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ, فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ, وَعَلَى
اَلْعِمَامَةِ وَالْخُفَّيْنِ. - أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ
17. Dari
Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihiwa
sallam pernah berwudhu’, Beliau mengusap bagian depan rambutnya, sorbannya dan
dua sepatunya.” (Diriwayatkan oleh Muslim)[17]
53- وَعَنْ جَابِرٍ بْنِ
عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ حَجِّ اَلنَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , اِبْدَؤُوا
بِمَا بَدَأَ اَللَّهُ بِهِ - أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ, هَكَذَا بِلَفْظِ
اَلْأَمْر ِ وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ بِلَفْظِ اَلْخَبَر ِ
18. Dari
Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma –tentang cara hajji Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam- Beliau bersabda : “Mulailah dengan yang Allah mulai.”
(Diriwayatkan oleh Nasa’i seperti ini yakni dengan lafaz perintah, sedangkan
dalam riwayat Muslim dengan lafaz khabar/berita)[18]
54- وَعَنْهُ قَالَ: , كَانَ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأَ أَدَارَ اَلْمَاءَ عَلَى
مُرْفَقَيْهِ. - أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ بِإِسْنَادِ
ضَعِيف ٍ
19. Darinya
(Jabir bin Abdullah) ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
berwudhu’ memutarkan air ke atas dua
sikunya.” (Diriwayatkan oleh Daruquthni dengan isnad yang dha’if)[19]
55- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ , لَا وُضُوءَ
لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اِسْمَ اَللَّهِ عَلَيْهِ - أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ
مَاجَهْ, بِإِسْنَادٍ ضَعِيف
20. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Tidak ada wudhu’ bagi orang yang tidak menyebut nama Allah
padanya (waktu memulai wudhu).” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu
Majah dengan isnad yang dha’if)[20]
56- وَلِلترْمِذِيِّ: عَنْ
سَعِيدِ بْنِ زَيْد ٍ وَأَبِي سَعِيدٍ
نَحْوُه ُ قَالَ أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْء
21. Tirmidzi
juga meriwayatkan dari Sa’id bin Zaid dan Abu Sa’id sama seperti itu. Ahmad
mengatakan “Tidak sah sedikitpun tentang hal ini.”[21]
57- وَعَنْ طَلْحَةَ بْنِ
مُصَرِّفٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: , رَأَيْتُ
رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْصِلُ بَيْنَ اَلْمَضْمَضَةِ
وَالِاسْتِنْشَاقِ. - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادِ ضَعِيف ٍ
22. Dari
Thalhah bin Musharrif dari bapaknya dari kakeknya ia berkata: Aku melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisahkan antara berkumur-kumur
dengan menghirup air ke hidung.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang
dha’if)[22]
58- وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- , ثُمَّ
تَمَضْمَضَ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثًا, يُمَضْمِضُ وَيَنْثِرُ
مِنْ اَلْكَفِّ اَلَّذِي يَأْخُذُ مِنْهُ اَلْمَاءَ - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ
23. Dari
‘Ali radhiyallahu ‘anhu –tentang cara wudhu’-: “Kemudian Beliau berkumur-kumur
dan menghembuskan air dari hidung tiga kali, Beliau berkumur-kumur dan
menghembuskannya itu dari satu telapak tangan yang dipakai buat mengambil air.”
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i)[23]
59- وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ -فِي صِفَةِ اَلْوُضُوءِ- , ثُمَّ أَدْخَلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ, فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ
وَاحِدَةٍ, يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثًا - مُتَّفَقٌ عَلَيْه ِ ُ
24. Dari
Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu –tentang cara wudhu’- : Kemudian Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan tangannya (ke dalam bejana untuk
mengambil air-pent), lalu berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung dari satu
tangan, Beliau lakukan hal itu sebanyak tiga kali.” (Muttafaq ‘alaih)[24]
60- وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: , رَأَى
اَلنَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا, وَفِي قَدَمِهِ مِثْلُ اَلظُّفْرِ لَمْ
يُصِبْهُ اَلْمَاءُ. فَقَالَ: "اِرْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ" - أَخْرَجَهُ أَبُو
دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيّ ُ
25. Dari
anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melihat seseorang, pada kakinya ada bagian seukuran kuku yang tidak kena air
(wudhu’), maka kata Beliau “Ulangilah, perbaguslah wudhu’mu.” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan Nasa’i)[25]
61- وَعَنْهُ قَالَ: , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ, وَيَغْتَسِلُ
بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ - مُتَّفَقٌ عَلَيْه
26. Darinya
(Anas) ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu’
dengan satu mud, mandi dengan satu sha’ (1 sha’=4 mud) hingga lima mud.” (Muttafaq
‘alaih)[26]
62-وَعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ , مَا مِنْكُمْ
مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ, فَيُسْبِغُ اَلْوُضُوءَ, ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
اَلْجَنَّةِ" - أَخْرَجَهُ مُسْلِم ٌ وَاَلتِّرْمِذِيُّ,
وَزَادَ: , اَللَّهُمَّ
اِجْعَلْنِي مِنْ اَلتَّوَّابِينَ, وَاجْعَلْنِي مِنْ اَلْمُتَطَهِّرِينَ -
27. Dari
Umar radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: “Tidak ada seorangpun di antara kamu yang berwudhu’, lalu ia
sempurnakan wudhu’nya kemudian mengucapkan “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya, kecuali akan dibukakan
buatnya pintu-pintu surga.” (Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi, Tirmidzi
menambahkan “Ya Allah, jadikan aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan
jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci”)[27]
[1] Sanadnya
shahih, diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq, Malik (147) dalam Ath
Thaharah, Ahmad (7364), lafaz ini adalah lafaznya, Nasa’i (7) dalam Ath
Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dengan lafaz “Kulli wudhuu’”, juga
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah no. (140), Al Irwaa’ (59) -TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan, “Hadits tersebut memiliki lafaz-lafaz dan
jalur-jalur yang lain dalam Shahihain dan lainnya.”
[2] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (164) dalam Al Wudhu’, Muslim (226) dalam Ath
Thaharah –TCDA-.
[3] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (115) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (48) dalam
Abwaabuth thahaarah, Nasa’i (91-91) dalam Ath Thaharah, dan dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih Abu Dawud (115) –TCDA-.
[4] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (186, 191, 192, 197) dalam Al Wudhu’, Muslim (235)
dalam Ath Thaharah –TCDA-.
[5] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (185) dalam Al Wudhu’, Muslim (235) dalam Ath
Thaharah, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi (32) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (97)
dalam Ath Thaharah, Abu Dawud (118) dalam Ath Thaharah, Ibnu Majah (434) dalam
Ath Thaharah –TCDA-.
[6] Hasan
shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (135) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (102)
dalam Ath Thaharah, Ibnu Khuzaimah (1/77) no. 147, Al Albani mengatakan [Hasan
shahih] dalam Shahih Abu Dawud (135) –TCDA-.
[7] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (3295) dalam Bad’ul khalq, Muslim (238) dalam Ath
Thaharah –TCDA-.
[8] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (162) dalam Al Wudhu’, Muslim (278) dalam Ath
Thaharah dan Ahmad (9741) –TCDA-.
[9] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (142) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (788) dalam
Abwaabuth thahaarah, katanya “Hadits hasan shahih”, Nasa’i (78) (114), Ibnu
Majah (448) dalam Ath Thaharah, Ahmad (17390), Ibnu Khuzaimah 1/78 no. 150, dan
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (142) –TCDA-.
[10] Shahih,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (144) –TCDA-.
[11] Shahih,
diriwayatkan oleh Tirmidzi (31) bab Maa jaa’a fii tahliilil lihyah, ia katakan,
“Hasan shahih”, Ibnu Khuzaimah (1/78 no. 152), dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi (31) –TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan, “Tirmidzi mengatakan “Hasan shahih”, Sumair Az
Zuhairiy melanjutkan, “Yakni karena syahid-syahidnya, hadits ini memiliki lebih
beberapa syahid dari lebih 10 orang sahabat radhiyallahu 'anhum.”
[12] Isnadnya
shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1/62) no. 118, Hakim, Ibnu Hibban
dalam Shahihnya dari Abdullah bin Zaid, Abu Dawud (94) dengan lafaz “Annan
Nabiyya shallallahu 'alaihi wa sallam tawadhdha’a fa’utiya bi’inaa’in fiihi
maa’un qadra tsuluTSZi mudd” dari Ummu ‘Imarah, dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih Abu Dawud (94) dari Ummu ‘Imarah. Lihat Al Irwaa’ (142) –kami
belum melihat hadits Ahmad- -TCDA-.
[13] Syaadz,
diriwayatkan oleh Baihaqi (1/65) dari jalan Al Haitsam bin Khaarijah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb, ia mengatakan: telah mengabarkan
kepadaku ‘Amr bin Al Haarits dari Hayyan bin Waasi’ Al Anshaariy, bahwa
bapaknya menceritakan kepadanya bahwa ia mendengar Abdullah bin Zaid melihat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu’…dst. ia mengatakan, “Dan ini
isnad yang shahih”, demikian juga diriwayatkan dari Abdul ‘Aziz bin Imran bin Miqlaas dan
Harmalah bin Yahya dari Ibnu Wahb. Muslim bin Al hajjaj meriwayatkan dalam Ash
Shahih (236) dari Harun bin Ma’ruf dan Harun bin Sa’id Al Ayliy serta Abuth Thahir
dari Ibnu Wahb dengan isnad yang shahih bahwa dia melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu’ –iapun menyebutkan tentang wudhu’
Beliau, selanjutnya ia katakan, “Dan Beliau mengusap kepalanya dengan air yang
bukan sisa di tangannya”, tidak disebutkan di situ “dua telinga”, dan hadits
ini lebih shahih dari sebelumnya (yakni riwayat Baihaqi-pent).” Ibnut
Turkumaaniy menyudahi dengan mengatakan: “Saya mengatakan, “Pemilik kitab Al
Imam menyebutkan bahwa dia melihat dalam riwayat Ibnul Muqri’ dari Harmalah
dari Ibnu Wahb dengan isnad ini, di situ disebutkan, “Dan Beliau mengusap
dengan air yang bukan dari sisa di tangannya”, tidak disebutkan dua telinga.”
Al Albani berkata, “Hadits ini diperselisihkan tentang Ibnu Wahbnya, adapun Al
Haitsam bin Khaarijah dan Ibnu Miqlaas serta Harmalah bin Yahya -Masalahnya masih dalam riwayat Baihaqi-
mereka meriwayatkan dengan lafaz pertama yang di sana disebutkan tentang
mengambil air yang baru untuk kedua telinganya. Ibnu Ma’ruf, Ibnu Sa’id Al
Ailiy dan Abuth Thahir menyelisihi
mereka yaitu dengan meriwayatkan memakai lafaz yang akhir yang di sana disebutkan tentang
mengambil air untuk kepalanya dan tidak disebutkan kata-kata “dua telinganya”.
Baihaqi menegaskan bahwa ini lebih shahih sebagaimana telah lewat. Maksudnya
adalah bahwa lafaz pertama adalah syadz (yaitu riwayat Baihaqi). Dan telah
dipertegas tentang syadz-syadznya oleh Al Haafizh Ibnu Hajar dalam Buluughul
Maram. Dan hal itu menurutku tidak diragukan lagi, karena Abuth Thahir dan tiga
orang itu telah dimutaaba’ahkan oleh tiga orang yang lain.”
Al Albani mengatakan, “Singkatnya, tidak ditemukan dalam As Sunnah
hadits yang mengharuskan mengambil air baru untuk kedua telinga, oleh karena
itu ia usap telinganya dengana air bekas kepala sebagaimana dibolehkan mengusap
kepala dengan air yang bekas tangannaya setelah dicuci tangannya berdasarkan
hadits Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, “Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengusap kepalanya dengan sisa air yang ada di tangannya.” diriwayatkan oleh
Abu dawud dengan sanad hasan. [Adh Dha’iifah (995)] –TCDA-.
[14] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (136) dalam Al Wudhu’, Muslim (246) dalam Ath
Thaharah. Al Albani mengatakan, “Kata-kata ‘Oleh karena itu siapa saja di
antara kamu yang bisa…..” adalah selipan dalam hadits yang bukan termasuk sabda
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana kata ulama muhaqqiqin seperti
Al Mundziriy, Ibnul Qayyim, Ibnu Hajar dan lainnya, ketahuilah baik-baik hal
itu, karena ini penting.” [Al Misykaat (290)] –TCDA-.
[15] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (168) dalam Al Wudhu’, Muslim (268) dalam Ath
Thaharah –TCDA-.
[16] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (4141) dalam Al Libas, Ibnu Majah (402) dalam Ath
Thaharah wa sunanuhaa, dari Zuhair bin Mu’awiyah dari Al A’masy dari Abu
Shaalih dari Abu Hurairah, juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Nasa’i serta
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (4141), Ibnu Khuzaimah (1/91)
no. (178), [lihat Nashbur Raayah (
1/91)] –TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan setelah menyebutkan takhrijnya, “Lafaz tersebut
adalah lafaz Ibnu Majah, adapun lafaz Abu Dawud dan Ibnu Majah adalah “إذا
لبستم، وإذا توضأتم فابدأوا بأيامنكم “ (Apabila kamu memakai dan berwudhu’, mulailah dari
bagian kananmu), sedangkan lafaz Tirmidzi dan Nasa’i adalah “كان إذا ليس
قميصا بدأ بميامنه” (Beliau
apabila memakai gamis, memulai dari bagian kanannya).”
[17] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (274) dalam Ath Thaharah –TCDA-.
[18] Shahih,
diriwayatkan oleh Nasa’i (2962) dalam Manaasikul Hajj, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih An Nasaa’I (2962) dalam Manaasikul hajj, sedangkan di
Muslim (1218) dalam Al Hajj dengan lafaz “Abda’u” inilah yang mahfuzh
sebagaimana kata Al Albani -TCDA-.
[19] Dha’if
sekali, diriwayatkan oleh Daruquthni (1/15/83) –TSZ-..
[20] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (101) dalam Ath Thaharah, Ahmad (9137), Ibnu Majah
(399), hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Abu Dawud yakni Shahihnya
dengan no. (101) –TCDA-.
[21] Hasan,
dari hadits Sa’id bin Zaid dalam riwayat Tirmidzi no. (25), dan dihasankan oleh
Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (25) –TCDA-.
Dalam Sumair Az Zuhairiy mengomentari kata-kata Imam Ahmad tersebut
dengan mengatakan, “Akan tetapi hadits tersebut hasan dengan syahid-syahidnya,
dan dishahihkan oleh lebih dari seorang haafizh.”
[22] Dha’if,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (139) dalam Ath Thaharah, dan didha'ifkan oleh Al
Albani dalam Dha’if Abi Dawud (139) –TCDA-.
[23] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (111) dalam Ath Thaharah, Nasa’i (95) dalam Ath
Thaharah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud (111) –TCDA-.
[24] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (199) dalam Al Wudhu’, Muslim (235) dalam Ath
Thaharah –TCDA-.
[25] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (173) dalam Ath Thaharah, Ibnu Majah (665) dalam
Ath Thaharah, Ahmad (12078) dan Nasa’i -TCDA-.
Namun dalam TSZ disebutkan, “Al Haafizh rahimahullah keliru
menghubungkan kepada Nasa’i, karena Nasa’i
tidak meriwayatkannya baik di Al Kubraanya maupun di Ash Shughraa,
Wallahu a’lam.”
[26] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (201) dalam Al Wudhu’, Muslim (325) dalam Al Haidh,
lafaz ini adalah lafaz Muslim -TCDA-.
[27] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (234) dalam Ath Thaharah, Tirmidzi (55) dalam
Abwaabuth thaharah dan Ahmad (12912) -TCDA-.
Dalam TSZ disebutkan lafaz Muslim secara lengkap sbb,
عن
عقبة بن عامر قال: كانت علينا رعاية الإبل، فجاءت نوبتي، فروحتها بعشي، فأدركت
رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما يحدث الناس، فأدركت من قوله: "ما من مسلم
يتوضأ فيحسن وضوءه، ثم يقوم فيصلى ركعتين، مقبل عليهما بقلبه ووجهه، إلا وجبت له
الجنة" قال: فقلت: ما أجود هذه، فإذا قائل بين يدي يقول: التي قبلها أجود،
فنظرت فإذا عمر. قال: إني قد رأيتك جئت آنفا، قال: ....فذكره.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir: Ia berkata, “Kami memiliki kewajiban menggembala
unta, pada saat tiba giliranku, aku pun melepaskannya di sore hari, lalu aku
mendapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri berceramah kepada
orang-orang, aku mendengar sebagian kata-katanya, “Tidak ada seorang muslimpun
yang berwudhu’ lalu ia memperbagus wudhu’nya, kemudian berdiri shalat dua
rak’at dengan khusyu’ baik hati maupun anggota badannya kecuali ia pasti masuk
surga”, akupun berkata, “Alangkah bagus hal ini”, lalu di depanku ada yang
berkata, “Sebelumnya lebih bagus lagi”, setelah aku lihat ternyata Umar, ia
mengatakan, “Sesungguhnya aku melihat kamu datang tadi, lanjutnya, “…(disebutkanlah
hadits di atas), di hadits tersebut disebutkan kata-kata “الثمانية،
يدخل من أيها شاء “ (dibukakan
pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari mana saja yang ia mau).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar